Dalam upaya meningkatkan kerjasama di bidang pengabdian kepada masyarakat salah satu dosen Prodi PAI melaksanakan khutbah Jum’at siang ini. Kerjasama yang digagas antara Prodi PAI dan Masjid Sabilurrasyad Universitas Negeri Gorontalo direspon oleh Ketua Takmirul Masjid dengan mengundang dosen Prodi PAI menjadi khatib pada shalat jumat dan kali ini adalah yang kedua kalinya setelah ditandatanganinya perjanjian kerjasama namun sudah banyak dosen Prodi PAI lainnya yang telah memberikan kontribusi keilmuan dengan menjadi khatib baik shalat jumat maupun idul fitri dan idul adha yang melibatkan dosen IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Khatib Jumat kali ini 6 September 2024 Ta’mir Masjid Sabilurrasyad Universitas Negeri Gorontalo yang sebelumnya telah mengundang salah satu dosen Prodi PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo Dr. Najamuddin Petta Solong, M,Ag. sekaligus ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam untuk memberikan khutbah Jum’at. Pada khutbah Jum’at ini, Najamuddin menyampaikan materi yang sangat penting untuk dipahami para jamaah khususnya pada kalangan akademisi yang tidak sedikit menghadapi ujian dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya di kampus.
Pada kesempatan ini Najamuddin menekankan bahwa dalam kajiannya terhadap berbagai literatur Islam yang ada, setidaknya ada lima bentuk ujian manusia yang hendaknya disadari. yaitu, (1) ujian perintah wajib yang harus dijalankan; (2) larangan wajib yang harus ditinggalkan; (3) kenikmatan yang harus disyukuri; (4) kesusahan yang harus bersabar dengannya; dan (5) ujian dari musuh-musuh Islam, baik dari kalangan jin maupun manusia. Kelima bentuk ujian tersebut diulas secara sistematis dengan diperkuat dalil dari al-Qur’an maupun hadis Nabi dan sejarah kehidupan para Nabi Allah yang tidak sedikit dan tidak seberapa dibandingkan dengan ujian yang ditimpakan kepada kita ummat pengikutnya.
Selanjutnya dalam khutbahnya ditegaskan bahwa peperangan antara haq dan batil akan terus ada hingga hari kiamat. Semua ini merupakan ujian, agar manusia kembali mengingat Tuhannya, memerhatikan urusan saudaranya, dan menjaga ukhuwah serta persatuan Islam. Nabi Muhammad pun selalu mendapat hinaan, cacian, siksaan, bahkan mendapat ancaman serta konspirasi pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Makkah dan jin yang menyamar menjadi manusia. Namun demikian, Rasulullah tidak gentar dalam menyuarakan kebenaran. Rasulullah pun sangat memperhatikan urusan kaum muslimin dan bekerja sama untuk menjalin ukhuwah Islam demi tercapainya cita-cita mulia, yaitu membebaskan manusia dari peribadahan selain Allah, menuju kesucian ibadah hanya kepada-Nya.
Di Akhir khutbahnya Najamuddin mengajak jamaah untuk bersama-sama merenungi berbagai pelajaran dari kisah-kisah dalam al-Quran dengan mengutip pendapat rektor IAIN Manado Prof. Ahmad Radjafi yang menanyakan hal berikut ini: “Mengapa Nabi Ayyub begitu bersabar (atas penyakit yang dideritanya)? Mengapa Maryam membawa bayinya kehadapan orang² (yang akan menyakitinya)? Mengapa Nabi Ibrahim tidak takut sedikit pun dengan api (yang akan melahapnya)? Mengapa Nabi Yunus tidak menyerah di dalam perut ikan paus besar? Mengutip pendapat Radjafi bahwa hal ini dikarenakan para Nabi memiliki perasangka yang begitu baik terhadap (ketentuan) Allah. Menurut Radjafi bahwa tanda² terbesar dari adanya perasangka baik terhadap Allah adalah, diri ini senantiasa tak berhenti berdoa (kepada Allah) meskipun jawaban atas doa tersebut (kadangkala) terlambat.